contoh laporan survey dan pemetaan
CONTOH LAPORAN SURVEY DAN PEMETAAN
BAB II
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas khadirat ALLAH S.W.T
karena berkat rahmat.nya kami khususnya kelompok 5 bisa menyelesaikan laporan PROYEK
AKHIR I. Laporan ini di ajukan guna memenuhi tugas proyek akhir
semester I.
Kelompok 5 sangat berterima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga laporan ini dapat di
selesaikan tepat pada waktunya.
Semoga laporan ini memberi informasi
dan bermanfaat bagi semua pihak.
BANDUNG, .
. . . . 2016
(Ketua kelompok 5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
- PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud Dan Tujuan
1.3 Waktu Dan Kondisi Pelaksanaan
1.4 Ruang Lingkup Praktikum
1.5 Metodologi Praktikum
BAB II – DASAR TEORI
2.1 Poligon
2.1 Poligon
2.2 Beda Tinggi (ELEVASI)
2.3 Detail Dan Situasi
BAB III – PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Petunjuk
3.2 Langkah-Langkah Praktikum Prosedur Praktikum
BAB IV – HASIL DAN ANALISIS
4.1 Hasil
4.2 Analisis
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan investasi dalam
pemanfaatan sumber daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah
dalam skala yang lebih detail merupakan suatu hal yang sangat penting dan
sangat mendesak untuk disegerakan pengadaannya.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas
maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya kebutuhan akan informasi
yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan terpaksa
mengadakan survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau
terlambatnya Indonesia dalam memetakan seluruh wilayahnya untuk peta skala besar.
Peta topografi adalah peta yang
menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan dengan garis
ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur
buatan manuasia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya
diatas muka bumi ini. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal (diidentifikasi) dan
pada umumnya diusahakan untuk diperlihatkan pada posisi sebenarnya.
Peta topografi disebut juga sebagai
peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi tersebut unsur-unsur yang
disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk menyajikan
semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu
dengan memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk
bermacam-macam tujuan.
Peta
topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan
umum untuk suatu pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah.
1.2. MAKSUD
DAN TUJUAN
Maksud diadakannya pekerjaan
pengukuran dan pemetaan topografi adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih
rinci bentuk permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan
tampakan-tampakan khas, baik berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan
dan dapat dipertanggung jawabkan secara teknis, dengan tujuan memberikan
informasi topografi suatu wilayah yang akan mendukung pengambilan keputusan
secara tepat.
1.3 WAKTU DAN KONDISI PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan praktikum
dilaksanakan
pada :
Tanggal : 13 Desember 2016 – 13 Januari 2017
Jam : 08.00 – 16.00
Lokasi :
1.4. RUANG
LINGKUP PRAKTIKUM
Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran
untuk Survey dan Pemetaan Topografi yang
akan dilaksanakan meliputi :
1.5 METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Persiapan
A) Administrasi
- Teknis
b) Lapangan
-
Orientasi Lapangan
2. Pelaksanaan
- Pematokan dan Pemasangan Tugu/Bench Mark
- Pengukuran Kerangka Horisontal dan Vertikal
- Pengukuran Situasi
- Pengolahan data
- Editing data dan Penggambaran
- Plotting peta hasil penggambaran (hard copy)
- Pelaporan
PENJELASAN
1.Persiapan
- Adminisitrasi
Surveyor (mahasiswa) yang hendak
melasanakan pengukuran wajib mengisi formulir peminjaman alat – alat
pengukuran.
-
Persiapan Teknis
Meliputi segala persiapan yang berhubungan
dengan peralatan dan perlengkapan serta persiapan anggota yang hendak
melaksanakan pengukuran.
2.Orientasi
Lapangan
Orientasi yang dilakukan sebelum pengukur
melakukan pengukuran. Sehingga setelah orientasi lapangan dilakukan. Pengukur
mendapat gambaran secara umum mengenai lokasi pengukuran.
3.Pematokan
Titik Geometrik
Setelah
orientasi lapangan dilakukan, pengukur mendapat gambaran umum
mengenai
lokasi pengukuran. Pengukur sudah bisa mematok
titik yang
digunakan
untuk pengukuran.
Selain melakukan pematokan,
pengukur juga menggunakan lambang geometrik pada sketsa
4.Pengukuran/Pengambilan
Data
Dalam pengukuran di bagi menjadi 2 yaitu
pegukuran polygon dan detail/situasi
a.poligon
-sudut
Pengukuran sudut polygon dilakukan
menggunakan alat ukur theodolite WILD T2. Dimana meode pengukuranya menggunakan
metode sudut biasa dan luar biasa
-jarak
Jarak yang dimaksud
adalah jarak antara satu titik dengan titik selanjutnya. Alat yang digunakan
adalah pta ukur sepajang 50 Meter.
b.detail/situasi
-sudut
-jarak
5.Pengolahan
Data
Data diolah secara
terpisah tetapi berhubungan. Data pertama di olah adalah polygon,kemudian
detai/situasi
a.poligon
-sudut
pengolahan data sudut
didapat dari perhitungan digital menggunakan MICROSOFT EXCEL.
-JARAK
Begitu juga dengan perhitungan
jarak, perhitunganya menggunakan Microsoft excel
b.detail/situasi
-sudut
Dengan jumlah titik
yang cukup banyak,pengolahan dta sudut detail/situasi menggunakan Microsoft
excel
-jarak
Sama
seperti metode pengolahan lainya data diolah secara digital
6.koordinat
definitive
Koordinat
didapatkan dari hasil pengolahan sudut dan jarak
7.plotting
Setelah koodinat di dapat, plotting
polygon da detail/situasi di lakukan di atas kertas yang sama (millimeter blok
A0)
8.Laporan
Praktikum
Dibuat
sebagai bukti telah melasanakan praktikum.
BAB II
DASAR TEORI
1. POLIGON
A. Metoda Poligon
A. Metoda Poligon
Poligon digunakan apabila titik-titik yang
akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga tnernbentuk segi
banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan
salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang
bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik
pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode
penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk
daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan
pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah
menyesuaikan diti dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik
dengan cara poligon ini membutuhkan,
1.
Koordinat awal
Bila
diinginkan terhadap sistem suatu sistim koordinat tertentu, haruslah
dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau
titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan
dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan
tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
2.
Koordinat akhir
Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi
syarat Geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang
mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.
3.
Azimuth awal
Azimuth awal ini mutlak harus diketahui
sehubungan dengan arah orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan
pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
•
Hasil hitungan dari koordinat titik titik yang telah diketahui dan akan dipakai
sebagai tititk acuan system koordinatnya.
•
Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga
didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya
dihasilkan azimuth kesalah satu poligon
tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
4.
Data sudut dan jarak
Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak
antara dua titik kontrol perlu diuk ukuran ur di lapangan. Data ukuran
tersebut, harus bebas dari sistematis yang terdapat (ada alat ukur) sedangkan
salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan sekecil mungkin
bahkan kalau bisa di tiadakan. Berdasarkan bentuknya poligon dapat dibagi dalam
dua bagian, yaitu :
• Poligon berdasarkan visualnya :
a. poligon tertutup
b. Poligon terbuka
c. Poligon bercabang
*
Poligon berdasarkan geometriknya :
a. poligon terikat sempurna
b. poligon terikat sebagian
c. poligon tidak terikat
Untuk mendapatkan
nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta jarak jarak mendatar antara
titik-titik poligon diperoleh atau diukur di lapangan menggunakan alat pengukur
jarak yang mempunyai tingkat ketelitian tinggi.
Poligon
digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang
sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang
paling baik di lakukan pada bangunan karena memperhitungkaan bentuk
kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di tinjau dari bentuk fisik di
lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran polygon merupakan cara yang umum
dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak
terlalu luas sekitar (20 km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk
untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik –
titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang
diinginkan dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang
menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian
umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan
lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai
penanda titik di lapangan. dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan
titik.
2.2 PEMBUATAN KERANGKA VERTIKAL
Pengukuran Kerangka Vertikal
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.Pengukuran kerangka dasar vertikal
menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang mempunyai ketelitian
pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan
pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal
b.Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan
titik-titik kerangka dasar vertikal yang berada pada sistem daerah atau lokasi
yang akan dipetakan
c.Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris
d.Toleransi
ketelitian beda tinggi adalah 15 mm ÖD, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran dalam kilometer),
3.3 DETAIL DAN SITUASI
Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran
situasi dan detail dimana obyek yang diukur adalah segala obyek yang ada di
lapangan baik berupa detail alam maupun detail buatan manusia.
Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a.Pengukuran
situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b.Akurasi alat
yang digunakan minimal 30”
c.Pengukuran
situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter
d.Jika terdapat
perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur
e.Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa
lapangan
f.Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope,
kepala slope, elevasi
alur (creek), jalan, sungai, rawa dll.
g.Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh
tim khusus (tersendiri)
h.Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon
utama dan poligon
cabang
i.Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1
: 1.000
j.Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan
kerapatan maksimal
20 meter
k.Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah
dan as dengan
kerapatan maksimal 15 meter
l.Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan
maksimal 15 meter
BAB III
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1 Petunjuk
Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan
pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari pengukuran kerangka dasar
horisontal dan vertikal. Pengukuran tersebut dilakukan pada seluruh batas
(garis terluar) dari area yang akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar
ini adalah untuk membuat titik kontrol dan referensi untuk keperluan pengukuran
selanjutnya, misalkan pembuatan poligon cabang(cut lines), pengukuran situasi
dan detail topografi.
Secara umum tahapan
pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut :
1.Pembuatan dan pemasangan tugu (Bench Mark)/Patok Poligon
2.Pengukuran Kerangka dasar Horisontal dan Vertikal
3.Pengukuran situasi dan detail topografi
3.2 Langkah langkah Prosedur Praktikum
1.pemasangan BM
a. Penyebaran Bench Mark
(BM) terlebih dahulu direncanakan pada peta kerja dan diasumsikan dipasang
beberapa buah BM. Bench Mark yang dipasang tersebut dalam pelaksanaannya dapat
diikatkan terhadap Titik Kerangka Nasional (apabila ada) yang dipasang dan diukur
oleh Bakosurtanal atau Badan Pertanahan Nasional (BPN), sehingga menjadi satu
sistem dengan Peta Nasional.
b.Secara umum pemasangan BM harus ditempatkan pada tempat
yang stabil dan mengutamakan keamanan dan mudah ditemukan bila saat diperlukan,
hal tersebut menjadi penting karena tugu yang terpasang tersebut akan dipakai
untuk rekonstruksi. Agar mudah terlihat warna tugu tersebut diberi warna yang
mencolok. Hal tersebut berlaku juga untuk pemasangan patok poligon.
c. Jarak antar patok poligon dapat dipasang ± 50 m atau disesuaikan dengan keadaan medan dan kemampuan
jangkauan alat. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengontrol
kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran.
d.Bench Mark dibuat sepasang pada posisi :
1.Titik Awal Pengukuran
2.Pojok/titik sudut
batas-batas utama area pemetaan (kerangka dasar)
3.Pada setiap
kerapatan 1000 meter dari seluruh area pemetaan
e.Spesifikasi Bench Mark dan Patok Poligon :
1.BM pada titik awal
dan titik sudut kerangka dasar dibuat dari beton dengan ukuran : 20 x 20 cm
dengan panjang 50 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 40 cm
2.Patok poligon dibuat
dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 15cm, ditanam ke dalam tanah
2. PENGUKURAN KERANGKA DASAR HORISONTAL
Dari hasil perencanaan pada peta kerja akan
didapatkan jumlah jalur poligon, jumlah loop poligon, jumlah BM yang dipasang,
perkiraan jumlah jarak poligon, serta penetapan jumlah jalur poligon utama dan
poligon cabang, sehingga pada dasarnya untuk pengukuran kerangka dasar
horisontal terdapat dua jenis pekerjaan poligon yaitu :
a. Pengukuran Poligon Utama
b. Pengukuran Poligon Cabang
2.1.PENGUKURAN POLIGON UTAMA
Pengukuran poligon
utama, digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendapatkan kerangka dasar horizontal
(X,Y,Z) yang mempunyai keandalan ukuran, dimana keandalan ukuran tersebut
dinyatakan oleh ketelitian penutup sudut dan ketelitian linier jaraknya. Karena
poligon utama merupakan titik dasar teknik maka diperlukan persyaratan tertentu
pada pelaksanaan pengukurannya.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
a. Pengukuran poligon utama ini menggunakan alat ukur
teodolite Total Station yang mempunyai
ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik
b. Untuk memperkecil salah penutup sudut, pengukuran panjang sisi
polygon diusahakan mempunyai jarak yang relatif jauh (minimum 50 m).
c. Dihindari melakukan pengukuran sudut lancip (< 60o)
yang dapat memperbesar kesalahan penutup sudut.
d. Guna memperkecil kesalahan penempatan target prisma
digunakan metoda centering optis yaitu tinggi tripod/kaki tiga target depan akan
menjadi tinggi tripod alat pada perpindahan alat kesisi polygon berikutnya.
e. Pengukuran poligon dilakukan tertutup atau terikat
sempurna.
f. Titik-titik poligon harus diikatkan dengan titik-titik
kerangka dasar horisontal yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan
dipetakan.
g Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 10”Ön, dimana n adalah jumlah titik pengamatan/polygon
(dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran sudut tidak lebih dari 10 detik
dikali akar dari jumlah titik pengamatan/polygon).
h. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/10.000
(dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran jarak tidak lebih dari 1 meter
untuk setiap jarak 10 km)
3 PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL
Pengukuran Kerangka Vertikal
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut
:
a.Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur
theodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1
(satu) detik yang pengambilan datanya bersamaan dengan pengukuran titik-titik
kerangka dasar horisontal
b.Titik-titik
kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal
yang berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan
c.Pengukuran
dilakukan dengan cara trigonometris
4. PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL
TOPOGRAFI
Untuk menampilkan
peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana obyek
yang diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam
maupun detail buatan manusia.
Pengukuran situasi
dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b. Akurasi alat yang digunakan minimal 30”
c. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan
kerapatan maksimal 15 meter
d. Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka
perubahan tersebut harus diukur
e. Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa
lapangan
f. Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope,
kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan, sungai, rawa dll.
g. Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim
khusus (tersendiri)
h.Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon
utama dan poligon cabang
i. Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 :
1.000
j. Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan
kerapatan maksimal 20 meter
k. Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan
as dengan kerapatan maksimal 15 meter
l. Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan
maksimal 15 meter
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 HASIL
4.2 ANALISIS
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Komentar
Posting Komentar